Dalam lembaran-lembaran suci Al-Quran, terdapat banyak kisah yang mengandungi pelajaran berharga untuk umat manusia, salah satunya adalah kisah Nabi Sulaiman AS dan semut yang tercatat dalam Surah An-Naml ayat 18.
Kisah ini bukan hanya sebuah cerita, melainkan pelajaran tentang kepekaan, kebijaksanaan, dan penghormatan terhadap makhluk Allah yang terkecil sekalipun.
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman AS bersama para tenteranya melakukan perjalanan.
Dalam perjalanan tersebut, mereka melewati sebuah lembah yang dihuni oleh semut-semut. Nabi Sulaiman, yang dianugerahi Allah kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai makhluk, tersenyum mendengar keprihatinan salah satu semut.
Semut tersebut memperingatkan rakan-rakannya untuk masuk ke dalam sarang agar tidak terpijak oleh Nabi Sulaiman dan tenteranya.
Menyedari hal ini, Nabi Sulaiman AS kemudian memerintahkan para tenteranya untuk mengubah haluan perjalanan mereka agar tidak merosak sarang semut.
Tindakan Nabi Sulaiman ini menunjukkan sebuah kebijaksanaan dan kelemah lembutan hati, di mana beliau mempertimbangkan keselamatan makhluk-makhluk kecil dan menghindari kemungkinan membahayakan mereka.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kepekaan dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Nabi Sulaiman AS menunjukkan teladan yang baik dalam berinteraksi dengan alam semesta, dimana setiap makhluk, tidak peduli sekecil apa pun, memiliki hak untuk hidup dan dilindungi.
Hal ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap langkah dan tindakan kita agar tidak merugikan atau menyakiti makhluk lain.
Surah An-Naml ayat 18 tidak hanya menceritakan tentang kisah semut dan Nabi Sulaiman tetapi juga mengajarkan kita tentang kebesaran dan keindahan penciptaan Allah.
Kisah ini menjadi bukti bahwa Al-Quran mengandung hikmah dan pelajaran yang relevan untuk semua zaman, mengajak kita untuk merefleksikan hubungan kita dengan alam dan makhluk hidup lainnya.